Bangoen Ountoek Negrie
Never Ending Movement..
Minggu, 10 Maret 2019
Sabtu, 26 April 2014
9 HAL YANG HARUSNYA MULAI DILAKUKAN DI USIA 20 TAHUNAN
Copy Paste Buangetz From : Kak Bagus Berlian
1. Mulai Berdiri dengan Kaki Sendiri
Usia 20 tahunan adalah masa
transisi yang cukup berat dalam zona kehidupan kita. Perpindahan masa dari era
sekolahan ke dalam era karir menuntut kita untuk cepat beradaptasi dengan
berbagai hal baru, salah satunya adalah kemandirian. Sudah bukan jamannya lagi
bagi kita untuk terus-menerus meminta uang jajan dari orang tua. Berusahalah
untuk hidup secara mandiri. Mulailah bekerja untuk membiasakan diri anda hidup
dengan tidak bergantung pada orang lain. Meskipun penghasilan mungkin belum
seberapa, toh itu adalah hasil kerja keras kita sendiri.
“Real man use
three pedals??? No! Ral Man pakai mobil yang dia beli dengan keringatnya
sendiri.” – Bagus Berlian
2. Let’s Get Lost
Lakukanlah perjalanan ke
tempat-tempat yang baru, lihatlah dunia dengan lebih luas, pelajari kebudayaan
orang lokal dan cobalah berinteraksi dengan bahasa mereka, hal ini akan membawa
akan pemahaman baru betapa beragamnya dunia ini. Seperti kata banyak para
penjelajah dunia, traveling adalah sebuah proses pendewasaan untuk melihat
dunia yang lebih berwarna. Kemungkinan tersesat pasti ada, tapi kalau anda
tidak pernah tersesat, akankah anda menemukan jalan yang baru?
Ingat bagaimana dulu
Christopher Columbus menemukan benua Amerika? Awalnya dia mencoba hal baru
dengan menempuh jalur barat untuk menuju India dan akhirnya malah sampai di
sebuah dunia baru yang bernama Amerika. Ketika dia kembali dan diolok-olok oleh
para penjelah lainnya kala itu, Christopher Columbus berkata, “Hanya orang
malas saja yang tidak bergerak, orang-orang ini hanya pintar bicara saja tanpa
pernah berbuat. Tetapi kalau Anda bergerak kemungkinan tersasar pasti ada.
Tetapi kalau Anda tak mau kesasar, Anda tak akan pernah menemukan dunia baru.”
“The world is a book and those
who do not travel read only one page.” – Augustine of Hippo
3.
Merantau
Jika traveling hanya sekedar
mengunjungi, merantau artinya menetap di sebuah tempat baru pada jangka waktu
yang cukup lama. Entah itu satu tahun ataupun lebih.
Hidup di sebuah tempat yang
baru akan mengajarkan banyak hal, utamanya soal survival. Bergaulah dengan
orang setempat, kunjungi landmark kota yang unik dan kenalkanlah budaya anda
kepada mereka. Dengan begini anda akan belajar untuk menjadi duta budaya anda
untuk warga setempat. Selain itu, merantau juga akan mengajarkan anda untuk
memulai sebuah kehidupan baru dengan banyak orang baru di dalamnya.
4. Sekali Seumur Hidup, Cobalah Menjadi Minoritas
Dalam sebuah tulisan saya
sebelumnya yang berjudul “Cobalah
Menjadi Minoritas Walaupun Sekali Seumur Hidup” saya pernah
memaparkan bahwa tujuan untuk menjadi minoritas sekali seumur hidup bukanlah
untuk ikut-ikutan menjadi seperti golongan tertentu, tapi hal ini lebih bertujuan
agar kita bisa hidup untuk saling menghargai sebagai sebuah bangsa yang
beragam. Banyak sekali persepsi-persepsi tidak benar di antara kita yang telah
mengakar dan mestinya harus dicabut karena kenyataannya memang tidak demikian.
Sekali seumur hidup, cobalah keluar dari zona nyaman anda dan cobalah untuk
bergaul dengan orang yang berbada baik secara agama, suku, ras ataupun
adat-istiadat. Sekali lagi bukan untuk ikut-ikutan menjadi golongan tertentu,
tetapi lebih agar kita dapat saling hidup dalam suasana yang toleran dan
harmonis.
“Victoria
Concordia Cresit – Victory comes from harmony” – Arsenal FC’s Motto.
5. Berhenti Memendam Rasa, Ungkapkanlah Segera
Jika anda masih pernah
memendam rasa pada seseorang di masa lalu yang masih tertahan hingga hari ini,
segera saja hentikan omong kosong ini. Memikirkannya dari jauh tidak akan
membuatnya mengerti betapa tulusnya perasaan ini. Mendoakannya dari jauh tidak
akan pernah membuatnya paham betapa sucinya cinta ini. Yang dibutuhkan hanyalah
keberanian untuk mengungkapkan 3 buah kata “I Love You”, agar apa yang selama
ini diduga-duga dalam hati terjawab sudah.
Jika jawaban yang didapat
adalah “Iya”, artinya anda berpeluang untuk melanjutkan ke jenjang yang lebih
serius kedepannya nanti. Jika jawaban yang didapat adalah “Tidak”, artinya anda
berkesempatan untuk segera move on dan menemukan the right one
yang mungkin selama ini juga mencari anda entah di belahan bumi bagian mana.
6. Tetapkan Passion Anda dan Investasikan 10.000 Jam Disana
Sebagai seorang anak muda yang
ingin terus berkembang, beberapa pertanyaan sering mampir di dalam pikiran kita
adalah “sebenarnya apa sih bakat saya?” atau “sebenarnya passion saya dimana?”.
Gairah untuk menemukan talenta ini sering kali muncul dan acap kali membuat
anak muda seperti kita “galau”. Beberapa dari kita ada yang berkonsultasi
dengan para psikolog, ada juga yang melakukan test bakat ini-itu atau bahkan
mungkin juga ada yang lari ke dukun.
Jika anda pernah membaca
analisa bagaimana talenta lahir,
anda akan tahu bahwa dibutuhkan jam terbang setidaknya 10.000 jam agar anda
mahir di dalam suatu bidang. Hal ini bisa dilihat dari 10.000 jam yang
dihabiskan oleh The Beatles manggung di Hamburg dan juga Mozart bermain piano
sejak kecil. Segera tetapkan passion anda dan investasikan 10.000 jam disana,
karena mungkin passion selama ini bukan untuk dicari, tapi untuk ditetapkan.
“Every Artist
was first an amateur” – Ralp Waldo Emerson
7. Mulailah Berkarya dan Buat Publik Menikmatinya
Karya adalah cara dari banyak
talenta berbakat untuk berkomunikasi dengan dunia. Jika anda telah berani
menginvestasikan 10.000 jam anda untuk menjadi seorang ahli, segeralah ciptakan
karya yang mampu memberikan pengaruh kepada orang sekitar anda. Karena dengan
sebuah karya, kelak orang akan mengenang bahwa anda pernah lahir di dunia.
“Gajah mati
meninggalkan gading, harimau mati meninggalkan belang. Manusia mati
meninggalkan nama? Bukan! Manusia mati meninggalkan karya!” – Bagus Berlian
8. Bergabung dengan Sebuah Komunitas
Sesudah anda lulus dari bangku kuliah dan mulai
berkarir, anda akan merasakan bagaimana teman dekat anda “menghilang”
satu-persatu. Dari yang awalnya susah nyocokin jadwal untuk sekedar ketemuan
hingga benar-benar menghilang di dalam kesibukannya masing-masing. Bergabung
dangan sebuah komunitas tertentu dapat membantu anda untuk mendapatkan teman
baru dengan banyak minat dan visi yang sama. Selain itu, bergabung dengan
sebuah komunitas tertentu dapat membantu anda untuk membangun networking
yang bisa jadi berguna untuk kehidupan anda kedepan nantinya.
9. Berterima Kasih Kepada Orang Tua Karena Telah
Membesarkan Kita dengan Sangat Baik
Sadar atau tidak, di dalam
perjalanan yang sejauh ini tertempa, orang tua kita memiliki peran yang
signifikan dalam membawa kita pada jenjang yang seperti sekarang ini. Walaupun
anda mungkin sekarang sudah tidak tinggal dalam satu kota ataupun satu atap
lagi, ada baiknya anda masih tetap menelponnya untuk sekedar menanya kabar atau
sesekali menjenguk untuk sekedar membawa oleh-oleh. Sikap seperti ini juga
untuk memastikan bahwa selama ini mereka tidak melahirkan orang yang salah.
Mulailah membuat keputusan-keputusan yang tepat di usia 20 tahunan anda.
Karena di masa yang akan datang, anda akan lebih menyesali hal-hal yang tidak
pernah anda lakukan, dari pada hal-hal yang telah anda lakukan.
“Twenty years from now you will
be more disappointed by the things that you didn’t do than by the ones you did
do. So throw off the bowlines. Sail away from the safe harbor. Catch the trade
winds in your sails. Explore. Dream. Discover.” – Mark Twain
Jumat, 25 April 2014
ADAB ORANG YANG MENDENGARKAN KHUTBAH
Ada beberapa
adab yang dituntunkan bagi orang yang mendengarkan khutbah.
1. Bila seseorang
masuk masjid, jangan duduk sampai shalat sunnah tahiyatul masjid meskipun
khatib sedang berkhutbah.
Ini berlandaskan
hadits Jabir bin Abdillah radhiyallahu ‘anhuma bahwa datang seorang lelaki di hari
Jum’at dalam keadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam sedang menyampaikan
khutbah lalu Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bertanya, “Apakah kamu sudah
shalat?” Ia menjawab, “Belum.” Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
“Shalatlah dua rakaat!” (Shahih al-Bukhari no. 931)
2.
Jika seseorang
masuk masjid di hari Jum’at dan azan Jum’at sedang dikumandang-kan, apakah dia
tetap berdiri menunggu sampai selesainya azan atau dia langsung shalat
tahiyatul masjid?
Ulama menyebutkan
bahwa dia langsung shalat tahiyatul masjid karena mendengarkan khutbah itu
wajib sedangkan menjawab azan itu sunnah. (Majmu’ Fatawa asy-Syaikh Muhammad
bin Shalih al-‘Utsaimin 12/202)
3. Duduk di mana
saja dia mendapatkan tempat dimasjid dan dianjurkan mendekat kepada imam.
4. Tidak melewati
pundak-pundak orang dan tidak memisahkan antara dua orang.
Al-Imam Abu Dawud
rahimahullah meriwayatkan dalam Sunan-nya (1118) dari Abdullah bin Busr
radhiyallahu ‘anhu, ia berkata, “Datang seorang lelaki pada hari Jum’at dengan
melangkahi leher-leher manusia dalam keadaan Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam
sedang berkhutbah maka beliau Shallallahu ‘alaihi wasallam mengatakan,
اٍجْلِسْ
فَقَدْ آذَيْتَ وَآنَيْتَ
“Duduklah, kamu telah mengganggu!”
(Hadits ini dinyatakan sahih oleh
Ibnul Munzir rahimahullah seperti dalam al-Majmu’ 4/421 karya an-Nawawi
rahimahullah)
Melangkahi
pundak-pundak orang menurut pendapat yang kuat hukumnya haram, lebih-lebih jika
hal itu terjadi ketika berlangsungnya khutbah karena terkandung bentuk
menyakiti orang lain dan menyibukkan orang dari mendengarkan khutbah.
Dikecualikan dalam hal ini adalah imam, karena memang tempatnya di depan.
Apabila imam bisa sampai di depan tanpa harus melewati pundak-pundak orang,
maka itu yang seharusnya dilakukan. Misalnya, ada pintu masuk imam di bagian depan.
Dikecualikan pula
dari larangan ini orang yang ingin mengisi tempat yang masih kosong di bagian
depan. Misalnya, orang-orang yang datang lebih awal mengambil tempat duduk di
bagian belakang masjid atau tengah-tengahnya dan membiarkan shaf-shaf depan tidak
ditempati. Dibolehkannya melewati mereka karena biasanya mereka sendiri yang
telah meremehkan shaf-shaf terdepan sehingga tidak mengapa untuk ditempati
walaupun terpaksa harus melewati pundak-pundak manusia. (Lihat asy-Syarhul
Mumti’ 5/125-126)
5.
Diam saat berlangsungnya
khutbah.
Hal ini
berlandaskan hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu bahwa Rasulullah
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
إِذَا قُلْتَ لِصَاحِبِكَ يَوْمَ
الْجُمُعَةِ أَنْصِتْ وَالْإِمَامُ يَخْطُبُ فَقَدْ لَغَوْتَ
“Apabila kamu mengatakan kepada
temanmu di hari Jum’at,‘Diamlah kamu!’ dalam keadaan imam sedang berkhutbah
maka kamu telah berkata yang sia-sia.” (HR. al-Bukhari no. 394dan Muslim)
Orang yang seperti
ini telah sia-sia Jum’atannya meskipun telah gugur kewajibannya.
Hadits ini menunjukkan larangan dari seluruh percakapan saat berlangsungnya khutbah, karena jika ucapan “diamlah kamu” yang terkandung bentuk amar ma’ruf saja dikatakan sia-sia karena bukan pada waktu yang tepat, tentunya perkataan yang sifatnya biasa saja lebih dilarang lagi.
Hadits ini menunjukkan larangan dari seluruh percakapan saat berlangsungnya khutbah, karena jika ucapan “diamlah kamu” yang terkandung bentuk amar ma’ruf saja dikatakan sia-sia karena bukan pada waktu yang tepat, tentunya perkataan yang sifatnya biasa saja lebih dilarang lagi.
Khutbah sebagai
salah satu syiar Jum’atan yang terbesar, tentu yang dimaukan agar para jamaah
mendengarkannya dan tidak menyibukkan dengan selainnya. Diharapkan, selesai
dari Jum’atan mereka telah menyerap materi khutbah yang mendorongnya kepada
kebaikan dan mencegah dari kemungkaran.
Namun, suatu hal
yang sangat menyedihkan bahwa kita masih mendapatkan sebagian jamaah asyik
mengobrol pada saat khatib dengan seriusnya menyampaikan khutbah. Yang lebih
memilukan, sebagian mereka tenggelam dalam percakapan yang haram dan melukai
kehormatan saudaranya.
Hadits ini juga
menunjukkan bahwa larangan berkata-kata adalah hanya saat berlangsungnya
khutbah. Adapun ketika khatib tidak sedang berkhutbah, seperti ketika duduk di
antara dua khutbah, hal ini tidak mengapa.
Demikian pula,
perintah untuk diam saat khutbah tidak hanya diam dari mengajak bicara orang
lain namun juga diam dari berzikir dan membaca al-Qur’an.(lihat Subulus Salam
2/51)
Adapun menjawab
salam, membaca hamdalah kalau bersin dan mengucapkan shalawat ketika nama Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam disebut, diperselisihkan kebolehannya saat
berlangsung khutbah. Sebagian ulama mengatakan hal itu tidak boleh karena
ucapan “diamlah kamu” sudah dianggap sia-sia, padahal ia termasuk kategori
al-ma’ruf (sesuatu yang baik), Maka, semua ma’ruf yang lainnya juga dilarang
karena memang bukan waktunya, dan bahwa dilarangnya hal tersebut termasuk
masalah “mendahulukan yang terpenting dari yang penting”, wallahu a’lam. (lihat
al-Ajwibah an-Nafi’ah karya asy-Syaikh al-Albani hlm. 60)
Apakah orang yang
tidak mendengar ceramah khatib boleh berbicara? Dalam permasalahan ini juga ada
perbedaan pendapat. Jumhur ulama berpendapat tidak boleh. (lihat Syarh Shahih
Muslim, karya an-Nawawi 6/377)
Pendapat jumhur
ini tampaknya lebih kuat, karena hadits Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu yang
telah disebutkan secara tekstualnya adalah perintah untuk diam dari seluruh
ucapan saat khutbah berlangsung kecuali yang telah dikhususkan oleh dalil.
Wallahu a’lam. (lihat Ahaditsul Jumu’ah)
Di antara yang
dikecualikan oleh dalil adalah shalat tahiyatul masjid, jamaah berbincang
dengan khatib dan jamaah diajak bicara oleh khatib. Adapun ucapan yang sifatnya
harus seperti memperingatkan orang buta yang akan jatuh ke sumur atau orang
yang dikhawatirkan tersengat api, ular, atau kebakaran, dan yang semisalnya,
maka hal ini boleh. (Lihat al-Mughni 3/198)
Apabila khatib
menyampaikan materi khutbah yang tidak layak, sebagian salaf membolehkan
berbicara di saat khutbah. (Fathul Bari 2/415 dan Mushannaf Abdurrazzaq 3/213)
Ibnu Hazm rahimahullah berkata,
“Apabila khatib memasukkan dalam khutbahnya sesuatu yang bukan kategori zikir
kepada Allah Shallallahu ‘alaihi wasallam dan tidak pula doa yang
diperintahkan, maka berbicara di saat itu boleh.” (al-Muhalla 5/62)
6. Larangan duduk
ihtiba, yaitu seseorang duduk menegakkan kedua lutut dan kedua kakinya lalu
menggabungkannya ke perutnya dengan cara mengikatnya dengan kain atau kedua
tangannya.
Ini berlandaskan
hadits Abu Dawud dalam Sunan-nya dari Mu’adz bin Anas radhiyallahu ‘anhu bahwa
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wasallam melarang dari ihtiba di hari Jum’at
dalam keadaan imam sedang berkhutbah. (no. 1110)
Dilarang duduk
seperti ini karena akan bisa membuat seorang tertidur dan menjadi pengantar
untuk batalnya wudhunya.1 (Lihat ‘Aunul Ma’bud 3/322)
7. Tidak bermain-main saat
berlangsungnya khutbah karena akan mengganggu konsentrasi. Demikian pula tidak
melakukan sesuatu yang bisa menyibukkan dari mendengar khutbah. Nabi
Shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda,
وَمَنْ مَسَّ الْحَصَى فَقَدْ لَغَا
“Barangsiapa memegang/menyentuh
kerikil maka dia telah melakukan perkara yang sia-sia.” (Shahih Sunan Ibnu
Majah no. 901 dari Abu Hurairah radhiyallahu ‘anhu)
Di sini, kami mengajak para takmir atau pengelola masjid untuk tidak mengedarkan kotak infak di saat berlangsungnya khutbah, karena sangat mengganggu konsentrasi para jamaah. Mungkin bisa dicari cara selain ini. (-red.)
Di sini, kami mengajak para takmir atau pengelola masjid untuk tidak mengedarkan kotak infak di saat berlangsungnya khutbah, karena sangat mengganggu konsentrasi para jamaah. Mungkin bisa dicari cara selain ini. (-red.)
8. Bergeser dari
tempat duduknya apabila mengantuk.
Ini berlandaskan hadits Ibnu Umar
radhiyallahu ‘anhuma dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wasallam yang bersabda,
9. إِذَا
نَعَسَ أَحَدُكُمْ يَوْمَ الْجُمُعَةِ فَلْيَتَحَوَّلْ مِنْ مَجْلِسِهِ ذَلِكَ
“Apabila salah seorang kalian
mengantuk pada hari Jum’at, hendaklah ia berpindah dari tempat duduknya itu.”
(ShahihSunanat-Tirmidzi no. 526)
Sumber : Website-nya Asy Syariah
————————————————————
1. Tentang duduk ihtiba, ada pendapat lain. Sebagian ulama membolehkannya dengan alasan bahwa hadits yang melarang duduk ihtiba derajatnya lemah. Untuk mengompromikan kedua pendapat tersebut, al-Iraqi menyatakan,”Seandainya dianggap semua hadits tersebut shahih, larangan itu dimaksudkan agar seseorang tidak mulai memasang hibwah (melakukan duduk ihtiba) ketika imam sudah berdiri untuk berkhutbah hingga ia menyelesaikannya.” (Syarh Musykil al-Atsar, 7/344-345) (-ed.)
Majalah Asy Syariah No.82/VII/1433 H/2012 hal.22 - 30
Selasa, 22 April 2014
SEJARAH ANGKRINGAN
Bagi kita yang kelaparan tapi tak punya banyak uang, maka angkringanlah
salah satu alternatifnya, bagaimana tidak, angkringan menyediakan
berbagai makanan dan minuman khas jawa seperti sego sambel, sate usus,
tempe bakar dan sebagainya dengan harga yang relatif murah. Apalagi
untuk para mahasiswa di Jogja yang merantau untuk sekolah, otomatis
pengeluaran untuk makan harus dihemat dan angkringanlah
alternatifnya.
Sejarah angkringan di Jogja merupakan sebuah romantisme perjuangan
menaklukan kemiskinan. Angkringan di Jogjakarta dipelopori oleh seorang
pendatang dari Cawas, Klaten bernama Mbah Pairo pada tahun 1950-an.
Cawas yang secara adminstratif termasuk wilayah Klaten Jawa Tengah
merupakan daerah tandus terutama di musim kemarau. Tidak adanya lahan
subur yang bisa diandalkan untuk menyambung hidup, membuat Mbah Pairo
mengadu nasib ke kota. Ya, ke sini, ke Jogjakarta.
Mbah Pairo bisa
disebut pionir angkringan di Jogjakarta. Usaha angkringan Mbah Pairo ini
kemudian diwarisi oleh Lik Man, putra Mbah Pairo sekitar tahun 1969.
Lik Man yang kini menempati sebelah utara Stasiun Tugu sempat beberapa
kali berpindah lokasi. Seiring bergulirnya waktu, lambat laun bisnis ini
kemudian menjamur hingga pada saat ini sangat mudah menemukan
angkringan di setiap sudut Kota Jogja. Angkringan Lik Man pun konon
menjadi yang paling dikenal di seluruh Jogja, bahkan di luar Jogja.
Berbeda
dengan angkringan saat ini yang memakai gerobak, diawal kemunculannya
angkringan menggunakan pikulan sebagai
alat sekaligus center of interest. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Mbah Pairo menggelar dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan ting-ting hik (baca: hek). Hal ini disebabkan karena penjualnya berteriak “Hiiik…iyeek” ketika menjajakan dagangan mereka. Istilah hik sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan hik sendiri masih ditemui di Solo hingga saat ini, tetapi untuk di Jogja istilah angkringan lebih populer. Demikian sejarah angkringan di Jogjakarta bermula.
alat sekaligus center of interest. Bertempat di emplasemen Stasiun Tugu Mbah Pairo menggelar dagangannya. Pada masa Mbah Pairo berjualan, angkringan dikenal dengan sebutan ting-ting hik (baca: hek). Hal ini disebabkan karena penjualnya berteriak “Hiiik…iyeek” ketika menjajakan dagangan mereka. Istilah hik sering diartikan sebagai Hidangan Istimewa Kampung. Sebutan hik sendiri masih ditemui di Solo hingga saat ini, tetapi untuk di Jogja istilah angkringan lebih populer. Demikian sejarah angkringan di Jogjakarta bermula.
Kini angkringan sudah menjamur di kota-kota besar maupun kecil di
seantero nusantara. Bahkan kabarnya ada lho angkringan yang menerapkan
sistem penjualanya dengan franchise atau waralaba.
Dan sekedar informasi, berikut adalah rekomendasi angkringan yang mempunyai makanan yang enak dan muantap di sekitaran Kabupaten Tegal yang saya tahu.. hehe..
- Angkringan depan Ext. SMP N 2 Kramat
- Angkringan jalan Garuda Kemantran - Balamoa, Desa Kedokansayang, Tarub.
- Angkringan Alun - alun Kota Tegal, depan Kampus Utama Politeknik Muhammadiyah Tegal
- Dan Saya Bingung
Sabtu, 19 April 2014
RILIS KEGIATAN
Diskusi adalah sebuah interaksi komunikasi
antara dua orang atau lebih atau kelompok. Biasanya komunikasi antara
mereka atau kelompok tersebut berupa salah satu ilmu atau pengetahuan
dasar yang akhirnya akan memberikan rasa
pemahaman yang baik dan benar. Diskusi bisa berupa apa saja yang
awalnya disebut topik. Dari topik inilah diskusi berkembang dan
diperbincangkan yang pada akhirnya akan menghasilkan suatu pemahaman
dari topik tersebut. Ya, itulah kami Pimpinan Cabang Pemuda Muhammadiyah
Kramat II untuk mengisi waktu kosong karena pembina kajian kami Ust. In
Amullah FA (wakil Ketua PDM Kabupaten tegal) berhalangan hadir pada
Kajian Ilmiah Rutin Tafsir Qur’an yang diadakan setiap malam Sabtu di
Masjid Al-Muhajirin Kemantran Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal. Kajian
malam Sabtu (22/03/2014) tadi malam dihadiri 15 orang. Diskusi kemarin
cukup seru karena mendekati ‘euforia’ pemilihan legislatif yang akan
dilaksanakan pada tanggal 9 April 2014, ada juga yang menyampaikan
tentang materi berwiurasaha yang tekun, sukses dan berkah, yang
disampaikan kader kami yang jadi penguasaha potong ayam yang sukses,
namanya akhi Sholeh yang tempat usahanya di Jalan Garuda Desa Kemantran
Kecamatan Kramat Kabupaten Tegal (sebelah selatan Pasar Kemantran)
beliau juga mengundang di acara diskusi ‘Membuka Peluang Pikiran Usaha’
di PCPM Kramat I di Sulang. Dalam Penutup Ketua PCPM Kramat II Akh Afif
Mu'zi, S.HI. akan ada pengajian AMM Kabupaten Tegal pada hari Ahad, 30
Maret 2014 di Margasari. Insya Allah.
Langganan:
Postingan (Atom)